Perlu Dibaca
Mungkin Kisah Ini Bisa Menyadarkan Kita. Semoga!

Siang harinya, ia bergegas ke rumah sahabatnya itu, mencari dinding menggunakan batu, mengambil uang dan membayarkannya kepada si Yahudi.
Jumlahnya persis sepuluh dinar.
Sesampainya ‘Auf bin Malik di rumah si Yahudi seraya membawa uang untuk melunasi hutang ash-Sha’ab, si Yahudi terbelalak.
“Demi Zat yang mengutus Musa dengan kebenaran. Sungguh, tidak ada seorang pun mengetahui hal ini (kecuali aku dan ash-Sha’ab bin Jatstsamah).” ujar si Yahudi.
Kawan, apakah orang tua kita sudah meninggal dunia? Apakah ada sahabat dekat dalam iman sudah dipanggil Allah Ta’ala?
Adakah guree, teungku, ustadz, kiai, mak beut atau siapapun yang berjasa dalam hidup kita lebih dulu menghadap Allah Ta’ala?
Jika sudah, seberapa sering kita mengunjunginya? Berapa kuantitas kita dalam menziarahinya?
Jika tidak pernah apalagi anti-ziarah, kisah ini seharusnya menyadarkan Anda! Wallahu a’lam. (*)
Komentar