Inilah Perkara yang Picu Imam Ghazali Gelisah di Puncak Karier

Krisis spiritual dan intelektual yang dialaminya itu terekam dalam karyanya, al-Munqidz Mina adh-Dhalal. Selama enam bulan, Ghazali mengalami kegelisahan batin.
Dia bimbang, apakah meneruskan posisinya sebagai pengajar atau berhenti. Sebab, dia sudah teranjur skeptis pada keandalan akal rasional dan metode empiris sebagai jalan menuju kebenaran.
Satu-satunya pilihan yang baginya terbuka lebar ialah jalan salik, yakni pengetahuan yang diperoleh melalui kalbu yang tercerahkan iman kepada Allah SWT. Tasawuf telah menghilangkan segala kesangsian dalam dirinya.
Pada 1905, Imam Ghazali meletakkan jabatan di Akademi Nizamiyah.
Dia hendak mengembara dari satu tempat ke tempat lain dengan membawa bekal secukupnya.
Kepada keluarganya, dia meninggalkan sejumlah harta yang memadai sebagai nafkah. Rekan-rekannya menganggap, Ghazali akan menunaikan ibadah haji, padahal faktanya lebih dari itu.
Dia berupaya menempuh rihlah yang akan memalingkannya dari kekayaan, pangkat, popularitas, dan segala pernak-pernik duniawi.
Usai musim haji, para petinggi negeri pun terkejut. Sebab, Ghazali tak kunjung pulang ke Baghdad. Raja Seljuk lantas memerintahkan para bawahannya agar segera menelusuri keberadaan penasehatnya itu.










Komentar