Pesan Cinta di Balik Bencana

Oleh: Hana Annisa Afriliani, S.S
Bencana alam terjadi susul menyusul, menyisakan air mata dan duka nestapa. Lombok, Palu, Banten, dan Lampung Selatan menggilir pilu. Di bali semua kejadian tersebut, sudahkah kita mampu membaca makna di balik musibah?
BACA JUGA:
Sungguh, Allah hadirkan
bencana bukan kosong dari makna. Sejatinya, bencana adalah ujian dariNya agar
kita semakin giat berbenah diri.
Juga sebagai pengukur level
iman kita, tetapkan teguh dalam takwa ataukah menjadikan kita diri yang kufur?
Dan bagi seorang muslim yang
beriman, ia seharusnya mampu berpikir cemerlang bahwa di balik setiap musibah
ada teguran cinta dari Sang Pencipta.
Sebagaimana Umar Bin Khatab
ra. manakala terjadi gempa di Madinah, Umar lantas mengetukkan tongkatnya ke
tanah seraya berteriak lantang "Wahai penduduk Madinah, maksiat apakah
yang telah kalian lakukan hingga Allah kirimkan gempa?"
Betapa seorang muslim yang
shalih akan senantiasa mengaitkan setiap kejadian pada ketakwaan individu dan
masyarakat.
Sungguh, sejatinya negeri ini
terkurung dalam jeratan sekularisme, memisahkan agama dari kehidupan.
Berpolitik, berekonomi, bermasyarakat, membangun negara seolah bukan urusan Tuhan. Agama dicukupkan di ranah privat saja, ibadah ritual.
Maka lihatlah, potret negeri
ini, jauh dari aturan agama. Semua berbuat berdasarkan kehendak akal semata.
Tak luput tersemat hawa nafsu di dalamnya. Inilah akar masalah sesungguhnya
bagi negeri ini.
Akhirnya negara gagal menyejahterakan
rakyatnya di segala aspek kehidupan. Dalam perekonomian, rakyat kian terjepit.
Betapa tidak, SDA yang dalam pandangan Islam semestinya mutlak dalam penguasaan
negara, faktanya dijual kepada asing dan aseng.
Dalam pendidikan, kurikukum
berbasis sekularisme menjadikan outputnya jauh dari kepribadian Islam. Lahirlah
generasi amoral, buta syariat. Pun dalam sistem pergaulan yang mengadopsi
liberalisme ala barat, berbagai penyimpangan terpampang nyata.
Interaksi antara laki-laki dan
perempuan demikian bebas, budaya pacaran lekat sebagai legitimasi melabuhkan
hati. Belum lagi, kasus perkosaan, pelecehan seksual, aborsi, hingga pembunuhan
tak pernah absen dari berita sehari-hari.
Produk hukum yang tercipta pun
tak sedikit yang bertentangan dengan syariat. Contoh nyata, soal miras. Jika
dalam Islam, miras (khamr) sebagai dzat yang memabukkan ini diharamkan, namun
di alam sekularisme miras bebas beredar luas.
Jika dalam Islam zina adalah
perbuatan keji dan pelakunya akan dijatuhi sanksi rajam atau cambuk, maka di
alam sekularisme zina menjadi hal yang lumrah sebagai ekspresi cinta. Jika
terbukti melakukannya atas dasar suka sama suka, maka tak ada sanksi yang
dijatuhi. Itu namanya hak asasi, katanya.
Maka tidak heran, jika
prostitusi tak dihabisi, tapi malah dilokalisasi. Belum lagi kasus penyimpangan
seksual sesama jenis, yang seolah mendapat panggung di negeri ini. Atas nama
hak asasi, mereka bebas menunjukkan eksistensi. Bahkan dihimbau untuk dimaklumi
dan dihargai.
Inilah fakta kehidupan di
bawah naungan sekularisme hari ini. Kacau. Yang haram menjadi halal, yang buruk
dipandang baik. Maklum, sekularisme tak mengizinkan Tuhan ikut campur dalam
urusan manusia.
Agama dikebiri hanya di
surau-surau saja, di sudut kecil peradaban bernama 'keluarga'. Ajaran Islam
kaffah diredupkan dari benak-benak umat lewat berbagai macam cara.
Sejatinya Islam adalah
sebuah ideologi, sistem kehidupan yang berasal dari Sang Maha Pencipta. Maka,
Islam mampu menjadi solusi atas segala problematika yang ada. Dan dengan
diterapkannya Islam secara totalitas lah, rahmatan lil'alamin dapat tercipta.
Sebagaimana dahulu, Islam
pernah menjadi mercusuar peradaban selama lebih dari 1400 tahun. Sejak
Rasulullah saw hijrah ke Madinah dan menerapkan sistem Islam di sana hingga
kekhilafahan terakhir, Turki Ustmani di Istambul.
Sungguh sistem Islam terbukti
mampu menghadirkan kesejahteraan hakiki bagi seluruh rakyat yang berada di
bawah naungannya, baik muslim maupun non muslim.
Jelaslah, karena sistem Islam
bersumber dari Dzat yang menciptakan alam semesta dan seluruh manusia, maka
aturannya mutlak kebenarannya. Inilah pesan cinta dariNya agar manusia segera
kembali taat pada aturanNya. Wallahu alam.(Voa-islam)










Komentar