Kenapa Allah Ta’ala Mengunci Hati Manusia? Baca, Ini Jawabannya

Kenapa Allah Ta’ala Mengunci Hati Manusia? Baca, Ini Jawabannya
Ilustrasi. |Foto: IST

MINIMAL  tujuh belas kali dalam
sehari, orang-orang beriman berdoa kepada Allah Ta’ala agar dikaruniai petunjuk
menuju jalan yang lurus. Yaitu jalannya orang yang dianugerahkan nikmat kepada
mereka sebagaimana para Nabi dan Rasul, Sahabat, Tabi’in, Pengikut Tabi’in,
Syuhada’, Shiddiqin, dan para penerus mereka; bukan jalannya orang yang sesat
dari kaum Nashrani ataupun ingkar sebagaimana kaum Yahudi.

Orang-orang yang sesat itulah
golongan yang disebutkan dalam al-Qur’an telah dikunci mati mata hati, telinga
dan ditutup penglihatannya oleh Allah Ta’ala. Qatadah menafsirkan ini dengan
mengatakan, “Setan telah menguasai mereka karena mereka menaatinya.”

Sebab menaati setan itu, “Allah
Ta’ala mengunci mata hati dan pendengaran, serta menutup pandangannnya.”
Sehingga, lanjutnya menerangkan, “Mereka tidak dapat melihat petunjuk, tidak
bisa mendengarkan, memahami dan berfikir.”

Semua itu terjadi lantaran
dosa dan kesalahan yang dilakukan semakin menggunung, dan tidak ada niat
ataupun keinginan untuk meminta ampun kepada Allah Ta’ala. Padahal, dosa
sebagaimana disebutkan dalam hadits ibarat noda hitam yang mengotori hati. Jika
bertambah dosa, semakin banyak noda hitam di hati. Kemudian tatkala seseorang
meminta ampun seraya beristighfar, noda hitam itu akan menjadi jernih.

“Jika seorang mukmin
mengerjakan suatu dosa,” sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, “maka akan
timbul noda hitam di dalam hatinya.” Lanjut Nabi dalam riwayat Imam Tirmidzi
dan an-Nasa’i ini, “Jika ia bertaubat, menarik diri dari dosa itu dan mencari
ridha Allah Ta’ala, maka hatinya menjadi jernih.” Sebaliknya, “Jika dosanya
bertambah, maka bertambah pula nodanya sehingga memenuhi hatinya.”

Dosa
yang semakin banyak itulah yang disebut ar-Ran (penutup) sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya, “Sekali-kali tidak, sebenarnya
apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hatinya.”
 (Qs. al-Muthaffifiin [83]: 14)

Dijelaskan oleh Imam Ibnu Jarir ath-Thabari, ketika dosa semakin menumpuk dan menutupi mata hati, “Maka tidak ada jalan bagi iman untuk masuk ke dalamnya, dan tidak ada jalan bagi kekufuran untuk keluar dari dirinya.”



Inilah yang terjadi ketika
seseorang bergelimang dalam dosa. Hingga dosa itu menutupi seluruh hati dan
pendengaran, dan juga penglihatannya. Mereka menjadi sosok yang sombong dan
tidak mau menerima kebenaran sekalipun cahaya kebenaran itu seterang bulan
ketika purnama.

Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari ketertutupan hati, dan menjadikan kebenaran mudah masuk kemudian bersemayam di dalam hati kita semua. Aamiin. (Era M)

Komentar

Loading...