Selamatkan Para Bayi dengan Terapkan Aturan Islam

Oleh: N. Vera Khairunnisa

BAGI sebagian perempuan, memiliki buah hati
merupakan hal yang sangat didambakan. Ketika hamil, mereka selalu mengelus
perut dan berharap bayinya baik-baik saja. Setelah bayi itu lahir, kegembiraan
menyelimuti hati mereka, dan mampu menghapus segala sakit yang dirasakan ketika
melahirkan. Itu semua berangkat dari naluri seorang ibu.

Namun sayang sekali, ada sebagian ibu yang kehilangan
nalurinya. Merekalah para ibu yang senantiasa merasakan putus asa dan lemah.
Baik dalam menghadapi kehamilan, maupun melahirkan. Akibatnya, bayi
mungil  yang tak berdosa kerap menjadi korban.

Seperti yang terjadi di Purwakarta. Seorang bayi perempuan
berusia lima bulan dikubur hidup-hidup oleh ibu kandungnya sendiri. Beruntung,
kondisi bayi masih bisa diselamatkan. Ditemukan dalam kondisi yang sangat
kritis, ia mengalami hipotermia. Akibatnya, bayi malang itu harus mendapatkan
perawatan di RSUD Bayi Asih.

Kejadian ini dibenarkan oleh Kapolsek Kiarapedes Purwakarta,
Iptu Toto Herman Permana. Ia mengatakan bahwa pelaku mengalami gangguan jiwa
saat usia kandungannya sekitar tujuh bulan.

"Diduga ibu korban mengubur anaknya sendiri di belakang
rumah, saat suaminya tidak ada karena sedang kerja ke kebun. Ibu bayi mengalami
depresi," kata Toto.

Kasus ini menambah daftar panjang para ibu yang tega berlaku
keji terhadap anak-anak mereka. Dua bulan lalu, di Lombok ada seorang ibu yang
dengan bengis menggorok leher anaknya menggunakan parang.

Mengapa seorang Ibu, yang seharusnya menjadi pelindung buat
anak-anaknya, justru malah menjadi penjahat yang mengantarkan anaknya menuju
kematian?

Biasanya, masyarakat dan pemerintahan menyimpulkan bahwa
semua ini terjadi akibat stress atau depresi. Seperti kasus yang terjadi di
Purwakarta, Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta meminta para bidan desa untuk
semakin proaktif memantau perkembangan setiap ibu hamil dan pascamelahirkan.
Ini ditujukan untuk mencegah dampak buruk dari baby blues
syndrome yang wajar terjadi pada ibu yang baru melahirkan. Hal ini karena
diketahui, sang ibu, W (35), diduga mengalami psikis kejiwaan selepas
melahirkan.

Benarkah kesimpulan ini?



Depresi adalah suatu kondisi medis berupa perasaan
sedih yang berdampak negatif terhadap pikiran, tindakan, perasaan, dan
kesehatan mental seseorang. Penyebabnya bisa banyak. Intinya, orang yang
depresi adalah orang yang putus asa dan lemah dalam menghadapi beratnya ujian
hidup.

Hari ini, masyarakat Indonesia dihadapkan pada kondisi
ekonomi yang teramat sulit. Harga-harga yang kian mahal semakin membuat
masyarakat berat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ditambah dengan sulitnya
mencari lapangan pekerjaan, sehingga masyarakat banyak yang pengangguran.

Pengamat Ekonomi Imaduddin Abdullah mengungkapkan, ekonomi
menjadi pemicu timbulnya stress di masyarakat, terutama di Indonesia. Dalam
sejumlah kasus, Imaduddin menyatakan, faktor ekonomi bisa menjadi alasan
seseorang bunuh diri atau berperilaku kriminal. (www. republika. co. id,
14/04/2017)

Masyarakat yang sudah bekerja pun, tidak sedikit yang harus
menarik napas dalam-dalam, karena imbalan yang diterima tidak sepadan dengan
kerja keras yang sudah dilakukan. Seperti para petani misalnya. Mereka harus
mengelus dada ketika keringat mereka dibayar dengan upah rendah.

Seorang ibu hamil yang merupakan istri petani pun harus
mempersiapkan segala kebutuhannya untuk melahirkan. Padahal hari ini, biaya
lahiran dan segala keperluan terhitung mahal. Setelah bayi lahir, tugas dan
kewajibannya kian bertambah. Sementara tidak ada yang bisa membantu, karena
suami pun sibuk mencari nafkah. Dua hal tersebut adalah sebagian penyebab
seorang ibu stres pasca melahirkan.

Semua kesulitan ekonomi ini diakibatkan oleh kebijakan
ekonomi liberal yang diterapkan di negeri ini dengan aturan yang menguntungkan
para pemilik modal, dan merugikan rakyat miskin.

Di sisi lain, Indonesia juga menerapkan sistem pendidikan
yang berbasis sekulerisme. Sebuah paham yang memisahkan antara agama dan
kehidupan. Akibatnya, keimanan masyarakat jadi lemah. Sehingga, kondisi hidup
yang sulit bisa menyebabkan mereka melakukan kejahatan.

Saatnya Kembali Pada Aturan Islam



Semua problem ini tidak akan terjadi jika pemerintah menerapkan sistem ekonomi Islam. SDA Indonesia yang melimpah, akan sangat mampu menyejahterakan seluruh rakyatnya.

Para ibu-ibu yang hamil dan menyusui, juga ibu-ibu yang lemah dan miskin, akan mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Sebab dalam Islam, pemimpin bertanggung jawab terhadap seluruh rakyat. Dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Catatan sejarah telah memberikan bukti tentang hal ini.

Misalnya saja pada masa Khalifah Umar bin al-Khattab (634 -
644 M), ia biasa berpatroli keliling Madinah setiap malamnya. Satu malam pernah
Umar bersama Ummu Kultsum, istrinya, membantu persalinan seorang ibu, sembari
Umar menemani suaminya, hingga lahirlah bayi ibu tersebut. Begitu kagetnya sang
suami mengetahui bahwa yang menemani dan membantunya adalah Amirul Mu’minin.
Pada malam lain, Umar mendapati ada anak-anak yang menangis kelaparan, lalu
ibunya berpura-pura memasak, padahal hanya mendidihkan air, berharap agar
anaknya yang kelaparan menunggu dan tertidur. Melihat itu, Khalifah Umar
bersegera mengambil sekarung gandum yang beliau bawa sendiri dan diberikan
kepada ibu tersebut. (Al-Bidayah wa an-Nihayah, 7/153-154).

Umar bin Khattab radhiallahu‘anhu menetapkan santunan dari Baitul Mal bagi anak-anak yang telah selesai masa penyapihannya (menyusui). Yakni usia di atas dua tahun. Mengetahui kebijakan demikian, para ibu mempercepat masa penyapihan anak-anaknya.

Mereka ingin segera mendapat santunan pemerintah, demi meringankan beban rumah tangga. Umar terkejut melihat respon ibu-ibu itu. Lalu ia bertekad, meninggalkan tempat tidur. Kemudian ia haramkan matanya untuk terlelap.

Dan hampir-hampir orang yang shalat mendengar jelas suara Umar ketika membaca Alquran (dalam shalat). Suara tangisnya meninggi terpengaruh dengan ayat yang ia baca.

Seusai shalat, Umar mengeluarkan kebijakan, santunan diberikan kepada setiap anak sejak mereka dilahirkan. Ia tempuh kebijakan ini demi menjaga dan melindungi anak-anak. Dan juga menyenangkan hati para ibu yang sedang menyusui (Thabaqat Ibnu Said, (III: 298); ar-Riyadh an-Nadhirah, (II: 389); dan ath-Thifl fi asy-Syari’ah al-Islamiyah).

MasyaAllah. Betapa mulia hati Umar. Tanggung jawabnya
sebagai seorang pemimpin tak diragukan lagi. Semua ini dilakukan Umar karena
kecintaan ia terhadap Allah dan Rasulnya. Dan karena takutnya Umar terhadap
ancaman siksa dari Allah swt. Sebab jika ada rakyatnya yang kesulitan,
sementara dia lalai akan hal itu, maka dia harus siap mempertanggungjawabkannya
kelak di hari akhir.

Selain penerapan sistem ekonomi Islam, sistem pendidikan
juga merupakan hal mendasar yang harus menjadi fokus perhatian pemerintah.
Sistem pendidikan dalam Islam berbasis akidah Islam. Bertujuan membetuk
kepribadian Islam. Tercapainya tujuan pendidikan ini akan mencegah terjadinya
berbagai tindakan kriminal atau kemaksiatan.

Output yang dihasilkan dari sistem pendidikan Islam, bisa kita lihat pada generasi para sahabat dan masa setelahnya. Sesulit atau seberat apapun masalah yang dihadapi, tidak akan membuat mereka lupa diri. Sebab hati mereka selalu dipenuhi keimanan dan ketakwaan. Mereka lah generasi yang memiliki hati yang bening dan pikiran yang jernih.



Para ayahnya merupakan ayah yang bertanggung jawab dan
petarung di kancah dunia. Para ibunya merupakan sosok yang tangguh, termasuk
orang yang mampu mencetak generasi unggul dan takwa. Bukan para ibu berhati
keruh yang tega menghilangkan nyawa seperti yang terjadi hari ini.

Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya tindakan
kriminalitas, jalan satu-satunya adalah dengan menerapkan sistem ekonomi Islam
yang akan mampu menyejahterakan rakyat, juga dengan menerapkan sistem
pendidikan Islam, yang akan melahirkan generasi bermental kuat.

Hanya saja, penerapan sistem ekonomi dan sistem pendidikan
Islam, hanya bisa dilakukan oleh sebuah negara yang berbasis ideologi Islam,
yakni khilafah. Semoga khilafah segera tegak, agar para bayi tidak lagi jadi
korban kebiadaban para ibu yang lemah iman. Aamiin. Wallahua'lam.*

Dikutip dari voa-islam dengan judul yang sama