Ini Alasan Haram Merayakan Valentine's Day

SETELAH
euforia tahun baru pada tiap pergantian tahun, kini kawula muda
akan segera disibukkan dengan 'pesta' berikutnya. Bulan Februari dikenal
sebagai bulan kasih sayang, dimana ada satu hari yang menjadi hari istimewa
untuk merayakannya. Hampir seluruh masyarakat dunia mengenal tanggal 14
Februari sebagai 'Hari Kasih Sayang' atau biasa disebut 'Valentine's Day'.

Pada tanggal 14 Februari, muda-mudi merayakan valentine sebagai
hari cinta yang mereka ekspresikan melalui sebatang cokelat. Melalui cokelatlah
mereka mengungkap rasa cinta atau kasih sayang kepada orang yang dituju.
Padahal tidak ada relevansinya antara Valentine's Day dengan Hari Kasih Sayang.

Jika kita menilik sejarah Valentine's day, maka akan kita dapati
hal yang sangat jauh berbeda dan bertolak-belakang. Tak ada ceritanya V day
bermakna kasih sayang. Untuk itu, para pemuda Islam tidak boleh hanyut dalam
perayaan sia-sia. Pemuda Islam sejatinya senantiasa mencari tahu terlebih
dahulu fakta suatu perayaan bukan sekadar ikut-ikutan.

Sejarah Valentine's Day

Menurut sejarahnya, perayaan V-Day identik dengan perayaan kaum
pagan atau penyembah berhala. Pada mulanya perayaan ini bukan bernama
valentine. Menurut catatan sejarah, budaya ini ada semenjak abad ke-4 SM,
dimana perayaan tersebut dilaksanakan setiap tanggal 15 Februari. Perayaan
tersebut ditujukan untuk menghormati Dewa Lupercus (Dewa kesuburan yang
digambarkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing).

Perayaan tersebut dikenal dengan festival Lupercaria atau festival
kesuburan. Dalam perayaan ini, para wanita akan memasukkan namanya
masing-masing ke dalam sebuah tempat yang telah tersedia. Kemudian para
laki-laki akan memilih secara acak nama-nama tersebut. Nama wanita yang keluar
dan terpilih akan menjadi pasangan dan bisa menikah selama periode satu tahun.

Setelah itu, mereka akan ditinggalkan begitu saja. Di tahun
berikutnya, wanita yang tidak lagi memiliki pasangan bisa kembali melakukan hal
yang sama. Sungguh perayaan yang sarat dengan kemaksiatan!

Versi yang lain menyatakan bahwa Kaisar Romawi Claudius II yang
sedang berkuasa melarang para tentara muda menikah. Hal ini disebabkan oleh
ambisinya yang menginginkan agar para pria yang ada di wilayah kerajaannya
bergabung menjadi pasukan militer. Tentu saja kebijakan ini mendapat pertentangan
termasuk dari seorang uskup bernama St. Valentine. Ia tetap menikahkan para
pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia.

Aktivitas ini lama-kelamaan diketahui oleh Kaisar Claudius dan
membuatnya marah. Awalnya Kaisar hanya memberi peringatan namun tidak pernah
digubris oleh St. Valentine. Hingga pada suatu malam, ia tertangkap tengah
memberkati sebuah pernikahan salah satu pasangan. Akhirnya St. Valentine
dijebloskan ke dalam penjara  dan divonis hukuman mati dengan cara dipenggal
kepalanya.

Kematian St. Valentine ini bertepatan dengan tanggal 14 Februari.
Kemudian pada tahun 494 M, Paus Gelasius I menetapkan setiap 15 Februari
menjadi hari perayaan resmi oleh gereja. Hingga beberapa tahun kemudian pada
tanggal 14 Februari dirayakan sebagai hari kematian St. Valentine dan
menghapuskan perayaan pada 15 Februari.

Perayaan valentine juga tidak luput dari kepercayaan ritual
kemusyrikan. Di Inggris misalnya, pada malam hari valentine, seluruh wanita
Inggris akan melakukan ritual yang sama yakni meletakkan empat ujung daun di
ujung bantal karena konon katanya wanita tersebut akan memimpikan jodohnya di
masa depan.

Perayaan valentine pada setiap tahunnya hanya menggiring para
pemuda bergumul dengan maksiat. Fakta yang didapat, menjelang valentine, alat
kontrasepsi dapat dengan mudah dijumpai di market-market. Bahkan menjadi
incaran para pasangan yang akan menghabiskan malam valentine dengan kekasihnya.
Na'udzu billah min Dzaalik!

Bagaimana Islam menyikapi?

Islam sama sekali tidak mengenal perayaan ini. Dulu di masa mereka
saja, para pemuka nasrani sempat menentang perayaan V-Day. Hal ini karena
kerusakan para pemuda yang ditimbulkan dari perayaan tersebut. Perayaan ini pun
pernah dilarang di Italia, pusat katholik. Perayaan ini sungguh menyuburkan
perilaku seks bebas. Padahal dengan tegas Allah berfirman,

"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (TQS.
Al-Israa: 32).

Sejatinya V-Day bukanlah hari pembuktian cinta. Sesungguhnya
kebanyakan dari mereka yang mengatakan seperti ini malah telah menodai cinta
itu sendiri. Cinta mereka artikan sebagai aktivitas free seks, zina dan
lain-lain. Atas nama cinta, bagi mereka segala maksiat boleh dilakukan. Padahal
cinta bukanlah aktivitas pemuas nafsu belaka.

Islam adalah agama sempurna yang mampu menempatkan rasa cinta pada manusia di tempat yang seharusnya. Islam mengatur fitrah manusia berupa cinta ini, tidak mengekang juga tidak membiarkannya liar. Islam mengarahkan pembuktian cinta pada lawan jenis dengan cara-cara yang telah ditetapkan syara. Dan bukti cinta paling besar dan paling indah serta berharga adalah taat kepada aturan Allah di setiap lini kehidupan tanpa terkecuali. (voa-islam)