Industri Smelter Nikel Senilai USD 1 Miliar Beroperasi di Konawe

Industri Smelter Nikel Senilai USD 1 Miliar Beroperasi di Konawe
|Foto: Ist

SEURAMOE
JAKARTA -
Industri pengolahan dan pemurnian (smelter) berbasis
nikel semakin menggeliat seiring dengan peningkatan investasi yang masukke
Indonesia. Terlebih lagi, industri smelter dinilai berperan penting dalam
menopang pertumbuhan ekonomi nasional lantaran sejalan terhadap program
peningkatan nilai tambah sumber daya alam.


BACA JUGA:

“Pemerintah berkomitmen melaksanakan kebijakan
hilirisasi industri, karena mampu meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di
dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal dan penerimaan devisa dari ekspor,”
kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada peresmian industri smelter
nikel PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) di Konawe, Sulawesi Tenggara,
Senin (25/2).

Untuk itu, Menperin memberikan apresiasi kepada PT VDNI
yang telah merealisasikan investasinya sebesar USD1miliar untuk membangun 15
tungku Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dengan total kapasitas produksi bisa
mencapai 800 ribu metrik ton per tahun untuk menghasilkan Nickel Pig Iron (NPI)
yang memiliki kadar nikel 10-12 persen.

“Kami menyambut baik proyek ini, apalagi akan
dilanjutkan menjadi industri yang terintegrasi dan menghasilkan stainless steel
berkelas dunia,” ujarnya. PT VDNI telah memberikan kontribusi cukup signfikan
terhadap pertumbuhan nilai ekspor nasional, yang menyumbang sebesar USD142,2
juta hingga akhir tahun 2018 dari pengapalan produk NPI.

“Selain itu, proyek ini telah menyerap tenaga kerja
sebanyak 6 ribu orang yang sebagian besar merupakan warga asli Sulawesi
Tenggara. Tenaga kerja tidak langsung juga terserap sebanyak 10.000 orang yang
merupakan bagian dari multiplier effect,” paparnya.

Airlangga pun berharap, aktivitas industrialisasi ini mendapat dukungan harmonis dari masyarakat, pemerintah daerah dan stakeholder. “Dengan kerja sama yang baik, keberadaan industri ini bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar,” ujarnya.

Fasilitas smelter dengan luas area 700 hektare tersebut
menjadi salah satu fasilitas pemurnian bijih nikel terbesar di Indonesia. PT
VDNI adalah anak perusahaan Jiangsu Delong Nickel Industry Co., Ltd, produsen
feronikel terkemuka.



Bahkan, perusahaan afiliasi PT VDNI, sedang membangun
pabrik smelter nikel dengan kapasitas produksi NPI sebanyak 1,2 juta ton per
tahun dan pabrik untuk memproduksi stainless steel dengan kapasitas sebanyak 3
juta ton per tahun. Total nilai investasi ini diperkirakan mencapai USD2
miliar. Dengan diproduksinya stainless steel di PT VDNI sangat sesuai dengan
program hilirisasi smelter di Indonesia yang sedang di dorong terus oleh
Kementerian Perindustrian.

“Pembangunan pabrik di luar Pulau Jawa ini sesuai arahan
Presiden Joko Widodo yang menginginkan pemerataan industri dan ekonomi sehingga
terwujudnya Indonesia sentris,” tegasnya. Pemerintah memproyeksikan akan
terjadi peningkatan kontribusi sektor industri pengolahan nonmigas di luar Jawa
sebesar 60 persen dibanding di Jawa.

Presiden Direktur PT VDNI Zhu Min Dong menyampaikan,
pihaknya bertekad untuk menjadi industri smelter terbesar di Indonesia dan
berkelas dunia di masa mendatang. “Fasilitas ini memiliki potensi besar untuk
memberikan dampak positif terhadap pembangunan dan kemajuan Sulawesi Tenggara
pada khususnya serta umumnya bagi kemajuan Indonesia,” tuturnya.

Dia menambahkan,sumber daya manusia merupakan aset yang
sangat penting dalam menunjang kinerja perusahaan. Untuk itu, PT VDNI terus
melakukan peningkatan keterampilan dalam bidang smelter nikel. “Salah satunya
adalah dengan memberangkatkan putra-putri daerah terbaik untuk belajar di
Tiongkok pada tahun 2018 lalu,” imbuhnya.

Kehadiran fasilitas smelter PT VDNI dapat memberi efek
berantaiyang luas dalam berbagai aktivitas industrialisasi di banyak bidang.
Salah satunya adalah penggunaan tenaga kerja kontraktor yang menjadi rekanan
bagi PT VDNI, seperti misalnya jasa logistik, penggunaan kapal tongkang, tenaga
kerja konstruksi dan bongkar muat, serta pekerja pertambangan.

Zhu Min Dong juga mengemukakan, dengan adanya fasilitas
dermaga yang memiliki kapasitas hingga 2.500.000 DWT per tahun, dapat menunjang
mobilitas dan mempermudah proses logistik serta pengapalan mineral hasil olahan
pabriknya. “Pada September 2017 lalu, untuk pertama kalinya PT VDNI telah
melakukan kegiatan ekspor NPI sebanyak 7.733 metrik ton dengan tujuan ke
Tiongkok,” ungkapnya.

Target 6 juta

Pada kesempatan yang sama, Menperin optimistis, dengan beroperasinya pabrik-pabrik smelter di Konawe, Sulawesi Tenggara dan Morowali, Sulawesi Tengah akan menjadikan pulau Sulawesi sebagai pusat industri berbasis stainless steel berkelas dunia dengan total kapasitas melampaui 6 juta ton per tahun.



Rencananya di Konawe akan mampu memproduksi stainless steel
dengan kapasitas sebanyak 3 juta ton per tahun, sedangkan di Morowali sudah
menghasilkan 3,5 juta ton stainless steel per tahun. Apabila Indonesia mampu
menembus kapasitas 6 juta ton stainless steel per tahun saja, itu dinilai
menjadi produsen baja nirkarat keempat terbesar di dunia.

“Sebagai komponen utama, sektor industri logam
berpotensi memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan ekonomi nasional
melalui peningkatan added value sehingga akan terjadi multiplier effect dengan
tumbuhnya industri lain serta terjadinya aktivitas sosial ekonomi, yang pada
akhirnya akan menjadi push factor bagi peningkatan daya saing ekonomi bangsa,”
paparnya.

Sektor industri logam memiliki peranan besar dalam
pembangunan dan perkembangan industri nasional. Hal ini disebabkan karena hasil
industri logam adalah sebagai bahan baku utama bagi kegiatan sektor industri
lainnya, seperti permesinan dan peralatan pabrik, otomotif, maritim serta
elektronika.

Di samping itu, produk logam sangat dibutuhkan oleh
banyak sektor, di antaranya adalah sektor konstruksi yang meliputi bangunan dan
properti, jalan dan jembatan, ketenagalistrikan, dan lain-lain.

Seiring maraknya berbagai proyek infrastruktur dan
tumbuhnya industri pengguna, kinerja industri logam terlihat gemilang. Ini
ditandai dari catatan pertumbuhan sektor industri logam pada tahun 2018 yang
menyentuh angka 7,6 persen, naik dibandingkan pada tahun 2017 dan 2016 yang
masing-masing sebesar 6,33{0f60ad9132c3e0215b9d4d95fce70c5fc1b55021c3329fc760dd0e0765c0bfcc} dan 2,35{0f60ad9132c3e0215b9d4d95fce70c5fc1b55021c3329fc760dd0e0765c0bfcc}.

Oleh karena itu, pemerintah akan terus berupaya untuk
menciptakan iklim usaha yang kondusif agar dunia industri tetap bergairah
melakukan investasinya di Indonesia. Sebagai langkah mendorong penumbuhan
investasi baru di sektor manufaktur, termasuk industri logam, pemerintah telah
memberikan berbagai fasilitas di antaranya tax holiday, tax allowance serta
pembebasan bea masuk terhadap barang modal untuk investasi serta tata niaga.

Selanjutnya, dalam rangka menciptakan tenaga kerja yang kompeten dan sesuai dengan kebutuhan dunia industri saat ini, Kemenperin telah meluncurkan program pendidikan vokasi yang link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri di beberapa wilayah di Indonesia. Dalam hal ini, pemerintah akan menyiapkan insentif kepada industri dalam negeri yang melakukan pengembangan SDM melalui pemberian super dedutible tax sebesar 200 persen. (*)

Komentar

Loading...