Presiden Prancis Minta Tidak Mengaitkan Aksi Terorisme Dengan Islam
PARIS | Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan warganya tidak memberikan stigma kepada Muslim atau mengaitkan agama Islam dengan perlawanan terhadap terorisme. Populasi Puslim di Prancis sekitar lima juta jiwa.
"Kita harus berdiri bersama-sama dengan sesama warga," kata Macron dalam konferensi pers bersama Kanselir Jerman Angela Merkel seperti dilansir dari BBC, Jumat (18/10).
Hal ini Macron ucapkan setelah ada seorang perempuan Prancis yang mengatakan akan mengambil jalur hukum terhadap politikus sayap-kanan yang mengkritik pemakaian hijab di ruang publik. Muslim Prancis adalah minoritas Muslim terbesar di Eropa barat.
Prancis melarang pemakaian hijab di sekolah, kantor pemerintah, dan beberapa ruang publik lainnya. Prancis negara sekuler dan dalam beberapa tahun terakhir pemakaian hijab telah menimbulkan sejumlah kontroversi.
Pada pekan lalu, seorang ibu yang mengenakan hijab dalam acara wisata sekolah bersama putranya di gedung parlemen Bourgogne-Franche-Comté menerima pelecehan verbal dari anggota parlemen. Sebagai bentuk simpati, lukisan seorang perempuan memakai hijab yang sedang memeluk putranya disebarkan di media sosial.
Hal ini juga memicu unjuk rasa di sekitar lokasi kejadian dan perdebatan nasional tentang penutup kepala itu. Saat ini, Prancis tidak memiliki undang-undang yang melarang ibu mengenakan hijab saat menemani anak mereka di wisata sekolah.
Macron meminta warganya lebih memahami agama Islam di Prancis. Ia juga mengecam apa yang ia sebut sebagai 'jalan pintas fatal' karena mengaitkan Islam dengan terorisme.
"Di antara komentator politik banyak sikap yang tidak bertanggung jawab, komunalisme bukan terorisme," katanya.
Kejadian pelecehan verbal terjadi di gedung parlemen daerah di timur Prancis. Ketika itu ibu yang disebut Fatima menemani putranya dalam wisata sekolah.
Seorang politikus dari Partai National Front yang berhaluan ekstrem kanan melihat Fatima saat debat dan memintanya mencopot hijabnya. Politikus bernama Julien Odoul itu mengunggah video saat ia meminta Fatima untuk mencopot hijabnya.
"Setelah pembunuhan empat anggota polisi, kami tidak dapat menoleransi provokasi komunal ini," cicit Odoul di Twitter. (ROL)