Pemahaman Agama dan Nilai Budaya Mulai Luntur?

|Foto: SEURAMOE

SEURAMOE
SUKA MAKMUE –
Sebagian warga menilai, nuansa syariat
Islam dan budaya Aceh yang sarat-sarat dengan nilai-nilai islami mulai luntur
dalam aktivitas sehari-hari sebagian warga didaerah berslogan Agama Tapeukoeng
Budaya Tajaga.


BACA JUGA:

Terjadinya kasus anak bacok orang tua, orang tusuk anak,
suami aniaya istri, dukun hamili pasien, ayah nodai anak tiri, pelecehan seks
lansia, gadis berpose vulgal kemudian diunggah ke media sosial oleh mantan
pacar, dan remaja terlibat sindikat curanmor, adalah bukti kalau krisis moral
dan akhlak telah menggegajala di mayarakat.

 “Terlepas dari
pro-kontra, setuju atau tidak, namun itulah realita yang muncul di tengah-tengah
masyarakat akhir-akhir ini. Itu terjadi, karena pemahaman agama mulai luntur,”
Hamdan seorang warga.

Itu terjadi menurutnya, karena pihak terkait yang
membidangi syariat Islam dan budaya belum belum bekerja maksimal dalam
membentengi moral dan akhlak umat melalui pendekatan agama dan budaya sebagai
manives dari Agama Tapeukong Budaya Tajaga

Kepala Dinas Syariat Islam Nagan Raya Said Hamdali S.Pd,
yang diminta tanggapannya mengatakan, tidak semua kasus yang terjadi
akhir-akhir ini semua berkaitan dengan agama, ada juga faktor lain mempengaruhinya
seperti masalah ekonomi.

“Dalam kasus anak bacok orang tua, itu bukan faktor agama tapi masalah ekonomi menyangkut harta warisan,” kata Said Mahdali kepada Seuramoe.com di ruang kerjanya Rabu (20/02/2019).



Diapun menegaskan kejadian-kejadian itu bukan
semata-mata karena Dinas Syariat Islam kurang berperan dalam membina masyarakat.
Dinas Syariat telah melakukan berbagai upaya.

“Memang belum semuan sesuai harapan masyarakat karena terkendala
oleh kurangnya tenaga dan dana,” ujar Hamdali.

Ditempat terpisah, Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) Drs
Syeh Merhaban menyatakan, terjadinya sejumlah tindak pelanggaran syariat dan
budaya itu disebabkan oleh banyak faktor salah satunya pengaruh globalisasi.

Terjangkauanya keneksi ineternet 4G ke desa-desa menurut
mantan Wakil Ketua DPRK Nagan Raya itu, juga memiliki andil dalam merusak
akhlak dan moralitas generasi muda.

“Kini, anak anak dengan mudah mengakses youtube, facebook
dan aplikasi media sosial lainnya. Dan itu merusak mentalitas anak-anak,” ujar
Syeh Marhaban Rabu (20/02/209).

Sebagai Ketua Lembaga Budaya, dia selalu berkolaborasi
dengan instansi terkait dalam menjaga spirit budaya Aceh yang identik dengan
Islam agar selalu tetap terjaga dan hidup ditengah-tengah masyarakat.

“Cuma fungsi MAA hanya sebatas memberi saran dan masukan kepada pemerintah terkait adat dan istiadat. Cuma itu tugas MAA,” tegas Syeh Marhaban.(*)