Sebut Tak Ingin Islam Berkembang, Menag "Ditampol" Netizen

Sebut Tak Ingin Islam Berkembang, Menag "Ditampol" Netizen
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas alias Gus Yaqut. |FOTO: YOUTUBE

SEURAMOEnews - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut baru-baru ini menjadi perbincangan di media sosial.

Netizen sebut Qus Yaqut Menteri Agama Dajjal. Bahkan disarankan untuk syahadat ulang.

Netizen kritik Gus Yaqut lantaran ia mengatakan tak ingin populisme Islam berkembang luas.

 “Mentri agama dajjal, semoga Allah melaknat dirimu,” kata Sofyan_Hamid, seperti dikutip dari kolom komentar DidienAZHAR.

Ditelusuri Terkini.id, ada beberapa netizen mempertanyakan kualitas pemahaman agama dan kepercayaan Gus Yaqut.

“Apa keyakinan org ini sebenarnya? Jenis-jenis seperti ini justru punya potensi memancing perpecahan anak bangsa.

Dengan mindset ala kadarnya, apa yang ada di benaknya? Dari satu org ini saja, ada kekawatiran ke arah mana ini semua bermuara? Hidden agendakah?” kata Joezenzie.

“Kalau lihat dari latarbelakangnya, ada kecenderungan ini menteri pemahaman dan iman Islamnya perlu dipertanyakan. atau memang kata-katanya atas pesanan demi jabatan,” kata UmaraLims.

“Mendingan Syahadat Ulang,” kata Kifli_andy.

Sebelumnya, Menag Yaqut menyoroti bahwa belakangan ini, populisme Islam mulai berkembang di Indonesia.

Ia menyampaikan hal itu dalam sebuah acara webinar lintas agama yang diselenggarakan pada Minggu, 27 Desember 2020.

Gus Yaqut menjelaskan bahwa populisme Islam berarti bahwa ada yang berusaha menggiring agama menjadi norma konflik.

Penganut populime ini, kata Gus Yaqut, akan memusuhi dan memerangi siapapun yang berbeda keyakinan dengan mereka.

“Dan saya tidak ingin, kita semua, tentu saja tidak ingin populisme islam ini berkembang luas sehingga kita kewalahan memeranginya,” ungkapnya.

Dalam pidato pertama sebagai Menag, ia mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk menjadikan agama sebagai sumber inspirasi dan bukan aspirasi.

“Karena aspirasi agama ini, kalau salah-salah orang bisa berbahaya,” ujar Ketua GP Ansor tersebut.

Gus Yaqut juga menyebut, ia telah berkali-kali selalu mengatakan bahwa tidak ada Indonesia jika tidak ada Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Konghucu dan agama lokal lain.

Bangsa Indonesia, lanjutnya, berdiri sebagai kesepakatan antar kultur, antar-budaya dan antar-agama.

“Jadi, barangsiapa ingin menghilangkan satu sama lain atas dasar agama, maka artinya mereka tidak mengakui Indonesia, mereka tidak memiliki rasa ke-Indonesiaan,” tandasnya. (*)

Halaman:12
Sumber:Suara.com

Komentar

Loading...