Dinkes Aceh Singkil Evaluasi Penanganan KLB Malaria di Pulau Banyak
Singkil - Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh Singkil intensif mengevaluasi penanganan Kasus Luar Biasa (KLB) Malaria yang melanda Pulau Banyak.
Evaluasi berlangsung selama tiga hari, dari Jumat hingga Minggu, 11-13 Oktober 2024.
Hal ini dilakukan sebagai bagian dari upaya menghentikan penyebaran penyakit yang telah berdampak signifikan pada kehidupan masyarakat dan sektor pariwisata.
Plh Kepala Dinas Kesehatan Aceh Singkil, Haryono, menegaskan bahwa berbagai langkah telah dilakukan, termasuk penyemprotan residu dalam ruangan (Indoor Residual Spraying/IRS) dan survei darah massal (Mass Blood Survey/MBS) untuk mendeteksi kasus malaria.
"Kami menyemprot dinding-dinding rumah warga, melakukan pemeriksaan darah jari, menabur bubuk ABT untuk membasmi jentik nyamuk, dan membagikan kelambu kepada masyarakat," jelas Haryono, Minggu (13/10/2024).
Haryono optimistis, dengan berbagai upaya ini, jumlah kasus dapat ditekan sehingga status KLB Malaria bisa dicabut pada Desember 2024.
“Kami menargetkan, pada akhir tahun, status KLB Malaria bisa dicabut, sehingga masyarakat dapat kembali beraktivitas normal tanpa rasa khawatir,” tambahnya.
Selain berdampak pada kesehatan masyarakat, wabah malaria juga telah memukul sektor pariwisata Pulau Banyak, dengan jumlah wisatawan yang menurun drastis.
Namun, Haryono menegaskan bahwa situasi kini berangsur membaik dan wisatawan tidak perlu khawatir.
“Kondisi saat ini sudah lebih terkendali, wisatawan tidak perlu ragu untuk kembali menikmati keindahan Pulau Banyak,” ujar Haryono, mengimbau agar masyarakat dan wisatawan tetap tenang.
Dinas Kesehatan Aceh Singkil terus melakukan pemantauan dan pengendalian, dengan pemeriksaan rutin setiap tiga bulan sekali.
Jika hingga Desember tidak ada peningkatan kasus baru, status KLB akan dicabut oleh Bupati Aceh Singkil.
Selain fokus pada penanganan malaria, kunjungan evaluasi juga mencakup pengawasan terhadap program pencegahan dan pengendalian penyakit (P2P) serta pelaksanaan pengobatan massal di Kecamatan Pulau Banyak Barat.
Haryono menjelaskan, penyebaran nyamuk malaria di Pulau Banyak bukan berasal dari luar, melainkan berkembang di dalam pulau itu sendiri.
“Penularan ini murni terjadi di Pulau Banyak,” tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa sejak 2017, upaya eliminasi malaria terus dilakukan, namun kasus terakhir yang terdeteksi pada 9 Oktober 2024, melibatkan seorang santri dari Pesantren Darur Rasyid di Kecamatan Simpang Kanan, sehingga total kasus malaria kini mencapai 61 orang.
Wabah malaria di Pulau Banyak pertama kali ditetapkan sebagai KLB oleh Bupati Aceh Singkil pada 16 Mei 2024.(**)