Bantah Sesat, Al Khowas: Gus Dur Pernah Nunggu 4 Jam Mau Ketemu Habib

Pengajar di tempat tersebut Muhammad Hafiun menyatakan Al Khowas sebetulnya bukan pondok pesantren. [Suara.com/Julianto]

YOGYAKARTA - Majelis Dzikir Al Khowas menganggap persoalan pemindahan makam Muhammad Hadi Wiyono dari kompleks mereka ke makam umum Kuncen Yogyakarta sudah tidak perlu dipermasalahkan. Namun, Al Khowas merasa heran dengan tudingan jika majelis zikir ini mengajarkan ajaran sesat.

"(Jenazah) mau dibawa
sudah tidak apa-apa. Yang jadi masalah ini muncullah persoalan aliran ajaran
sesat. Ajaran-ajaran itu berarti ada pengajarnya, ada yang diajarkan. Dan itu
hak saya bukan itu pembimbing (Habib),"ujar Pengajar Majelis Dzikir Al
Khowas Muhammad Hafiun. 

Hafiun menjelaskan Habib sebenarnya merupakan pembimbing majelis ini. Di mana ketika ada jamaah yang 'bengkok' maka Habib yang muncul. Habib akan datang memarahi jamaah tersebut.

Dan ketika marah, maka juga pernah ada kata-kata kasar seperti halnya orang ketika marah. Namun untuk urusan pengajaran, Hafiun yang bertugas menjadi penanggungjawab.

Menurutnya, pengajian berarti ajaran-ajaran itu adalah ada
yang mengajar dan ada materi yang diajarkan. Di mana semuanya bersumber dari
kitab atau dengan kata lain, sebetulnya Al Khowas ini ajarannya sama dengan NU,
cuma Al Khowas tidak mau pasang plang nama NU.

"Untuk menilai kita ini
sesat apa enggak maka harus mengikuti dulu majelis kami. Lha ini mereka (ormas)
sama sekali belum pernah ikut pengajian saya. Saya baru ketemu hari Sabtu pas
ke sini mau ambil jenazah,"ujarnya.

Majelis Zikir Al Khowas, kata dia, bersumber dari kitab-kitab yang sudah tidak asing lagi. Dalam pengajian ini, juga ada salawat selain syair tentang memuji Rasulullah. Dan almarhum ini adalah ahli kitab Burdah. Hafiun sendiri mengaku sedih karena almarhum hafal dengan kitab Burdah.(Suara.com)

Selengkapnya...